Pendampingan Psikososial (PSP) PMI Bagi Korban Trauma Bencana

Di tengah fokus pada penyediaan makanan, shelter, dan perawatan medis setelah bencana, aspek kesehatan mental seringkali menjadi kebutuhan yang terabaikan. Padahal, trauma psikologis yang disebabkan oleh bencana alam—kehilangan orang terkasih, rumah, dan rasa aman—dapat meninggalkan luka yang mendalam dan berjangka panjang. Inilah mengapa Pendampingan Psikososial (PSP) yang dilakukan oleh Palang Merah Indonesia (PMI) memiliki peran vital dan unik dalam operasi tanggap darurat. Pendampingan Psikososial (PSP) bukan sekadar terapi, melainkan serangkaian aktivitas terstruktur yang bertujuan untuk memulihkan stabilitas emosional dan membantu korban kembali berfungsi normal dalam komunitas mereka. Pendampingan Psikososial ini adalah jembatan yang menghubungkan korban dari keadaan syok menuju pemulihan yang berkelanjutan.


Pentingnya Intervensi Dini Setelah Trauma

Trauma akibat bencana dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk, mulai dari syok akut, kecemasan berlebihan, mimpi buruk, hingga depresi. Intervensi dini sangatlah penting. Tim PSP PMI bergerak cepat untuk mencapai lokasi pengungsian dalam waktu 24 hingga 72 jam setelah bencana terjadi.

Fase awal PSP dikenal sebagai Pertolongan Psikologis Pertama (Psychological First Aid/PFA). PFA tidak bertujuan untuk menggali cerita traumatis korban, melainkan untuk menstabilkan dan memberikan rasa aman. Relawan PMI dilatih untuk mendengarkan dengan empati, memberikan informasi yang tenang dan akurat mengenai situasi saat ini, dan membantu korban mendapatkan kebutuhan dasar mereka. PFA membantu menanamkan kembali rasa kontrol pada korban yang merasa hidupnya telah hancur total. Dalam insiden erupsi di Simeulue, Aceh, pada hari Selasa, 4 Maret 2025, Tim PSP PMI melaporkan bahwa interaksi PFA di pengungsian berhasil menurunkan tingkat kepanikan rata-rata penyintas hingga 30% dalam dua hari pertama operasi.


Sasaran dan Aktivitas PSP yang Terstruktur

Program Pendampingan Psikososial PMI dirancang untuk berbagai kelompok usia, namun fokus utama diberikan pada anak-anak, lansia, dan perempuan hamil.

Anak-anak: Pemulihan Melalui Bermain

Anak-anak adalah kelompok yang paling rentan terhadap trauma, karena mereka belum memiliki mekanisme koping yang matang. Aktivitas PSP untuk anak-anak (sering diadakan di Ruang Ramah Anak di Posko) berpusat pada bermain, menggambar, dan bercerita. Kegiatan ini, yang dilakukan oleh relawan terlatih, berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan pikiran dari lingkungan bencana dan mengekspresikan emosi yang tertekan. Melalui permainan terstruktur, PMI membantu anak-anak memproses pengalaman traumatis mereka dalam suasana yang aman dan suportif.

Lansia dan Dewasa: Penguatan Komunitas

Untuk lansia dan orang dewasa, PSP berfokus pada penguatan komunitas dan pembangunan kembali jaringan sosial yang terputus. Aktivitas PSP dewasa meliputi diskusi kelompok kecil, keterampilan coping, dan mendorong mereka untuk berpartisipasi dalam tugas-tugas harian pengungsian. Hal ini memberikan kembali tujuan dan peran dalam kehidupan mereka. Tim PSP PMI bekerja sama dengan Kepolisian Daerah setempat untuk memastikan bahwa kegiatan pendampingan ini selalu berjalan di bawah perlindungan dan pengawasan yang aman.


PSP dan Ketahanan Jangka Panjang

Komitmen PMI terhadap Pendampingan Psikososial meluas hingga fase pemulihan jangka panjang. Setelah korban kembali ke rumah atau shelter sementara mereka, PSP bertransisi menjadi dukungan berkelanjutan yang membantu korban beradaptasi dengan realitas baru. Melalui PSP, PMI tidak hanya menyembuhkan luka batin; mereka berinvestasi dalam ketahanan mental masyarakat, memastikan bahwa meskipun mereka telah melalui badai, mereka memiliki sumber daya psikologis untuk membangun kembali kehidupan mereka dengan harapan dan kekuatan yang baru.

Posted in PMI