Garis Depan Harapan: Peran PMI dalam Memberikan Dukungan Psikososial Pasca-Bencana

Ketika bencana alam mereda, Palang Merah Indonesia (PMI) hadir di garis depan tidak hanya dengan bantuan medis dan logistik, tetapi juga dengan bantuan yang tak terlihat namun krusial: Dukungan Psikososial (DSP). Bencana meninggalkan bekas luka emosional yang mendalam dan meluas, memengaruhi ketenangan pikiran dan fungsi sosial individu. PMI menyadari bahwa pemulihan fisik dan pembangunan kembali infrastruktur harus berjalan beriringan dengan penyembuhan mental. Program Dukungan Psikososial ini dirancang untuk mengatasi dampak trauma, kesedihan, dan kecemasan yang mendalam, membantu korban melewati distres akut, dan membangun kembali ketahanan diri. Peran PMI dalam memberikan Dukungan Psikososial adalah Kunci Dominasi dalam transisi korban dari status penyintas menjadi mandiri.


Integrasi Cepat Tanggap dan Kebutuhan Dasar

Program DSP PMI dimulai hampir bersamaan dengan operasi penyelamatan dan bantuan darurat. Pendekatan yang diadopsi adalah Psychological First Aid (PFA), yang merupakan intervensi praktis dan suportif yang berfokus pada:

  1. Menciptakan Rasa Aman: Relawan memastikan korban berada di lingkungan yang aman dari ancaman fisik lebih lanjut dan memiliki akses ke kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, dan tempat berlindung. Pemenuhan kebutuhan dasar ini secara instan mengurangi tingkat stres dan kecemasan.
  2. Mendengarkan Empati: Relawan dilatih untuk menjadi pendengar yang aktif dan non-judgemental. Mereka tidak memaksa korban untuk bercerita tentang trauma, melainkan memberikan ruang yang tenang untuk mengekspresikan emosi atau sekadar berbagi kebutuhan praktis. Koordinator Unit DPS PMI di Posko Tenda Pengungsian, Ibu Diana Sari, menyatakan pada Jumat, 25 November 2026, bahwa “seringkali, yang paling dibutuhkan adalah kehadiran tenang dan validasi atas rasa kehilangan mereka.”

Dalam penanganan bencana gempa bumi di Sulawesi Barat pada Januari 2021, tim relawan PMI dari Markas Pusat di Jakarta mengirimkan 15 unit tim DSP ke lokasi dalam waktu 72 jam pertama, bekerja sama dengan Polres Mamuju untuk memastikan akses aman ke daerah terisolasi.


Strategi Berbasis Komunitas untuk Kelompok Rentan

PMI memfokuskan program DSP pada pendekatan komunitas, khususnya menargetkan kelompok yang rentan terhadap trauma, yaitu anak-anak dan lansia.

  1. Terapi Bermain (Anak-anak): Di tempat penampungan, PMI mendirikan Ruang Ramah Anak (Child-Friendly Spaces). Melalui Terapi Bermain, anak-anak didorong untuk mengekspresikan ketakutan dan kebingungan mereka melalui gambar, permainan balok, atau drama. Aktivitas ini membantu mereka memproses trauma secara non-verbal. Sebuah laporan dari Divisi Kesehatan Mental PMI pada Akhir Tahun 2027 menunjukkan bahwa 75% anak yang berpartisipasi dalam program ini selama sebulan menunjukkan penurunan signifikan dalam gejala regresi (perilaku kembali ke masa anak-anak).
  2. Dukungan Lansia: Lansia sering kali merasa terisolasi dan kehilangan kendali setelah bencana. PMI memfasilitasi kelompok dukungan lansia dan kegiatan keterampilan ringan (seperti merajut atau bercocok tanam sederhana di area pengungsian) untuk mengembalikan rasa harga diri dan tujuan hidup. Program DSP ini adalah Fondasi Pemulihan karena memberikan kesempatan untuk saling terhubung dan berbagi pengalaman.

Dengan memberikan Dukungan Psikososial yang terstruktur, PMI tidak hanya mengobati luka psikologis, tetapi juga memberdayakan korban untuk memanfaatkan kekuatan dan resiliensi kolektif mereka, memastikan bahwa proses pemulihan tidak terhenti di level fisik, tetapi menjangkau hingga ke kedalaman mental dan spiritual.

Posted in PMI