Ketika gempa bumi mengguncang, kepanikan sering kali menguasai. Namun, setelah guncangan mereda, ada serangkaian tindakan krusial yang harus dilakukan untuk memastikan keselamatan. Palang Merah Indonesia (PMI) hadir untuk memberikan tiga langkah aman yang vital bagi warga yang terdampak. Tiga langkah aman ini bukan hanya panduan teoretis, tetapi sebuah peta jalan praktis yang dapat menyelamatkan nyawa dan meminimalisir risiko pasca bencana. Dengan mengikuti tiga langkah aman ini, masyarakat dapat mengelola situasi darurat dengan lebih efektif dan terorganisir.
Langkah Pertama: Evaluasi Situasi dan Lindungi Diri
Langkah pertama yang diajarkan PMI adalah mengevaluasi situasi di sekitar dan melindungi diri dari bahaya sekunder. Begitu guncangan berhenti, segera cari tempat yang aman, jauh dari bangunan yang rapuh, tiang listrik, atau benda-benda yang berpotensi jatuh. Petugas PMI menekankan pentingnya tidak langsung kembali ke dalam rumah, karena gempa susulan dapat terjadi kapan saja. Warga dianjurkan untuk berkumpul di lapangan terbuka atau area evakuasi yang telah ditentukan.
Pada hari Rabu, 17 September 2025, setelah gempa bumi, tim PMI di sebuah wilayah pedesaan di Sulawesi Tengah segera memasang papan informasi di beberapa titik kumpul. Mereka juga menggunakan pengeras suara untuk mengimbau warga agar tetap tenang dan tidak terburu-buru kembali ke rumah. Berdasarkan laporan dari Pusat Data Bencana Nasional yang diterbitkan pada 15 September 2025, langkah ini sangat efektif dalam mencegah korban luka akibat gempa susulan.
Langkah Kedua: Berikan Pertolongan Pertama
Setelah berada di tempat yang aman, langkah selanjutnya adalah memberikan pertolongan pertama kepada diri sendiri dan orang-orang di sekitar. Petugas PMI mengajarkan warga tentang cara membersihkan luka, menghentikan pendarahan, dan cara menstabilkan patah tulang. Mereka juga melatih warga untuk mengidentifikasi korban yang membutuhkan bantuan medis segera. Keterampilan ini sangat berharga, terutama di wilayah yang sulit dijangkau oleh tim medis profesional.
Pada hari Kamis, 18 September 2025, di sebuah posko pengungsian, relawan PMI melatih para ibu tentang cara menggunakan kain bersih untuk membalut luka dan cara memberikan kompres dingin. Berdasarkan data dari Departemen Pelatihan PMI yang dirilis pada 20 Oktober 2025, inisiatif ini sangat membantu dalam menangani korban luka ringan.
Langkah Ketiga: Komunikasi dan Kesiapsiagaan
Langkah terakhir adalah menjaga komunikasi dan meningkatkan kesiapsiagaan. Petugas PMI mengajarkan warga untuk menggunakan alat komunikasi yang efektif, seperti radio atau telepon satelit, jika jaringan seluler terputus. Mereka juga mendorong pembentukan tim siaga bencana di tingkat komunitas untuk menyusun rencana evakuasi dan mengelola logistik darurat.
Pada 12 Agustus 2025, sebuah pertemuan diadakan antara perwakilan PMI, aparat kepolisian, dan tokoh masyarakat untuk membahas strategi komunikasi yang efektif di masa darurat. Pertemuan ini menghasilkan sebuah prosedur standar yang kini diterapkan di berbagai wilayah rawan bencana.
Pada akhirnya, tiga langkah aman yang diajarkan oleh PMI adalah sebuah investasi yang sangat berharga untuk keselamatan masyarakat. Langkah-langkah ini tidak hanya membantu warga saat ini, tetapi juga membekali mereka dengan pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan yang lebih tangguh.
